What do you think?
Rate this book
358 pages, Paperback
First published March 30, 2012
people don¡¯t drift apart for one specific reason. well, you might be able to find a reason, but you could come up with one only after you made up your mind, a tired excuse tacked on after the fact.
"You are not just here to fill space or be a background character in someone else's movie. Consider this: nothing would be the same if you did not exist. Every place you have ever been and everyone you have ever spoken to would be different without you. We are all connected, and we are all affected by the decisions and even the existence of those around us." --David NivenThis was truly a heartwarming yet tear-inducing read reminiscent of the quaint magic Studio Ghibli films always have. No one would expect that Keigo Higashino, a resident powerhouse of the Japanese crime fiction genre, would be the genius behind this masterpiece. However, I noticed that all of his books always examine the value of filial love and have a heartfelt theme despite the fact that the story centers on a murder.
adalah karya pertama yang kubaca. Teman-teman di twitter sering membicarakan buku ini dan banyak yang bilang bukunya bagus. Meskipun begitu, ekspektasiku untuk buku ini tidak terlalu tinggi. Namun, aku benar-benar jatuh cinta sama buku ini setelah merampungkannya. Tak henti-hentinya aku berdecak kagum dengan kepiawaian penulis menyusun cerita yang rumit tetapi sungguh indah ini. Aku tak ragu untuk menyebut adalah penulis yang genius dan mulai paham kenapa banyak orang menggemari karya-karyanya. Aku sangat puas sama semua aspek yang ada di buku ini, dari gradasi warna biru dan desain sederhana pada cover-nya ¨Cyang memiliki kesan magis sebagaimana judulnya¡ªhingga jenis font yang dipilih penerbit.
Buku ini terbagi menjadi lima bab dan di setiap babnya mengisahkan suatu cerita yang sebetulnya dapat berdiri sendiri. Setiap bab dibagi lagi ke beberapa subbab yang pendek, sehingga tidak akan membuat pembaca sesak dan kelelahan. Membaca novel ini rasanya seperti membaca kumpulan cerita, tetapi keseluruhannya saling berkaitan membentuk kisah yang utuh dan megah. Tokoh-tokohnya pun berbeda di setiap bab. Maka dari itu, tokoh di buku ini sangat banyak. Namun, lucunya aku tidak merasa kesulitan sama sekali menghafal nama-nama Jepang yang ada di buku ini.
Pada bab pertama, penulis tanpa banyak perkenalan langsung menyodorkan sebuah misteri yang tidak bisa diterima dengan akal sehat. Tiga orang berandal ¨CAtsuya, Shota, dan Kohei¡ªyang baru saja merampok sebuah rumah bersembunyi di sebuah toko kelontong tua tak berpenghuni. Mereka berniat tinggal hingga menjelang fajar. Namun, secara misterius sebuah surat jatuh dari lubang surat di pintu gulung toko. Surat yang setelah mereka selidiki ternyata datang dari masa lalu itu membuat mereka bingung setengah mati. Meskipun begitu, mereka mulai menikmati kejanggalan ini dan acara berbalas-balasan surat pun terjadi. Mereka menulis surat balasan dan memasukkannya ke dalam kotak susu di sebelah pintu belakang. Lubang surat dan kotak susu menjadi portal waktu untuk berkomunikasi dengan orang-orang di masa lalu. Di bab ini, latar waktunya adalah masa sekarang, yaitu tahun 2012. Premis yang mengejutkan ini sukses memancing rasa penasaranku, apalagi penulis memasukkan kejadian Pemboikotan Olimpiade Moskow 1980 ¨Cyang sebelumnya kutemui dalam buku -nya ¡ªsebagai poin penting di bab ini.
Memasuki bab kedua, cerita beralih ke masa 32 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1980. Seorang musisi amatir bimbang apakah ia harus memperjuangkan mimpinya untuk menjadi musisi professional atau menguburnya dalam-dalam dan melanjutkan usaha toko ikan milik keluarganya. Menariknya, ia dibesarkan di tempat yang sama dengan tempat di mana toko kelontong Namiya berdiri. Ia pun mengirim surat konsultasi. Seperti yang sudah kutulis di atas bahwa antarbab saling terkait, saat dia mendapat surat balasan, aku pun hafal siapa yang menulis surat tersebut dari gaya penulisannya. Di sini diceritakan latar belakang sang musisi dan kerja kerasnya untuk menggapai mimpinya. Konflik batin yang dialami sang musisi pun turut kurasakan. Kisah ini pun ditutup dengan peristiwa penting yang menjadi akar dari banyak keajaiban yang mengikutinya, salah satunya lahirnya musisi naik daun yang menginspirasi banyak orang, termasuk tiga berandalan tadi.
Di bab ketiga, aku diajak lebih mengenal siapa sebenarnya pemilik toko kelontong Namiya. Sampai di sini keajaiban yang diberikan penulis makin terasa. Banyak kejadian menarik, mengejutkan, dan mengharukan yang terjadi. Di bab selanjutnya, cerita kembali ke masa sekarang, yaitu tahun 2012. Tokoh utama di bab ini pun berganti. Ia adalah seorang mantan penggemar berat band legendaris The Beatles. Ini adalah salah satu bab kesukaanku. Kisahnya cukup panjang, tetapi dengan perasaan yang ringan mampu kuselesaikan. Banyak informasi baru yang kudapat. Jika sebelumnya aku hanya sekadar tahu di dunia ini ada band bernama The Beatles, kini aku lebih mengenal band itu berkat tokoh di bab ini. Di bagian akhir, perasaanku menjadi campur aduk. Sungguh, bab keempat ini tidak hanya indah, tetapi juga tragis.
Sampailah di bab terakhir. Latar waktunya tahun 1980. Di bab ini fokus utamanya adalah seorang gadis yang baru lulus sekolah menengah atas dan memutuskan untuk menjadi hostes yang berpenghasilan tinggi demi bisa membalas jasa nenek angkatnya. Diceritakan sejak dari awal hingga ia sukses besar setelah menuruti saran yang tertulis di surat balasan toko kelontong Namiya. Akhir kisah di bab ini membuatku tercengang, tidak kusangka akan memberi kenyataan yang mengejutkan.
Kesimpulannya, semua tokoh di setiap bab memiliki permasalahan yang pelik dan mengetahui kemasyhuran toko kelontong Namiya sebagai toko kelontong yang merangkap tempat konsultasi. Tokoh-tokoh yang ada di buku ini walaupun hidup di masa yang berbeda-beda, tetapi saling memengaruhi. Bukan secara kebetulan, tetapi ada suatu tempat dan kisah terdahulu yang menghubungkan mereka. Membaca buku ini rasanya aku seperti diberi setumpuk benang kusut. Mengikuti kisahnya dari awal hingga akhir terasa seperti meluruskan kembali benang tersebut. Butuh perjuangan memang, tetapi ini pengalaman menjelajah waktu yang mengasyikkan.
Meskipun aku sangat menikmati buku ini, aku harus mengakui bahwa ada beberapa kesulitan yang kuhadapi di tengah membacanya ¨Cmengingat penulis menggunakan alur non-linear¡ªsalah satunya adalah menentukan tahun terjadinya kejadian. Penulis dalam menarasikan sangat baik, tetapi aku menemukan ketidakkonsistenan yang membingungkan, yaitu tahun pengumuman toko kelontong Namiya buka kembali, apakah 33 tahun atau 32 tahun kemudian. Memasuki bab keempat, aku mencatat detail-detail penting agar lebih paham dan ingat¡ªterlalu bersemangat karena telanjur jatuh cinta dengan ceritanya. Memaca buku ini akan lebih enak bersama teman agar bisa saling mendiskusikan¡ªselain itu, pastinya akan memberi sensasi yang lebih seru jika membaca bersama orang lain. Akan tetapi, jika kamu tidak mementingkan itu semua, pengalaman menyenangkan yang ditawarkan penulis pun tidak akan hilang atau berkurang sebab gaya penulisannya sangat sederhana dan mudah dipahami. Hal tersebut tentunya tak lepas dari peran penerjemah yang berhasil menerjemahkan buku berbahasa Jepang ini dengan begitu apik. Ia juga memberikan catatan kaki untuk kata-kata yang belum memiliki padanan kata bahasa Indonesia-nya. Meskipun begitu, buku ini tak luput dari kesalahan-kesalahan kecil, seperti kata yang ditulis dua kali dan kata yang hilang¡ªbiasanya kata depan¡ªsehingga tidak logis.
Buku ini mengggunakan sudut pandang orang ketiga dari awal hingga akhir dan mengusung genre magical-realism. Di antara tokoh yang begitu banyak, aku bisa bilang bahwa tiga berandal¡ªAtsuya, Shota, dan Kohei¡ªyang paling menonjol. Atsuya mempunyai karakter tegas, blak-blakan, dan mengedepankan logika. Shota sangat tertarik dengan hal-hal baru dan termasuk cerdas¡ªdia yang pertama menyadari ada yang tidak beres dengan situasi yang menimpanya dan memikirkan teori-teori. Sementara Kohei orangnya lugu dan mudah merasa bersalah. Alurnya mengalir, setiap bagian tidak ada yang sia-sia dan mengokohkan cerita. Keajaiban dibangun pelan-pelan, disusun dengan cukup rapi, dan selalu ada sebab-akibat. Beberapa kali aku dibuat takjub dan bertanya-tanya apa yang ada di dalam kepala penulis.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari buku ini. Yang paling kuingat dan ku mengerti adalah orang yang mengetahui bahwa hidupnya akan segera berakhir akan cenderung memikirkan kebaikan-kebaikan yang bisa diberikannya untuk sesama di sisa waktu mereka. Mereka tidak lagi memikirkan nafsu dunia dan berupaya untuk meninggalkan kenangan baik di dunia sebanyak-banyaknya. Ini mengingatkanku pada Morrie Schwartz dalam buku karya . Melalui tokoh Yuji Namiya, aku belajar arti ketulusan lewat tulisan-tulisannya. Ia bahkan membalas surat kosong dengan kata-kata luar biasa yang mengubah jalan hidup seseorang. Aku juga menyadari bahwa surat menyurat adalah kegiatan yang ¡®sakral¡¯¡ªdi zaman yang serbacepat ini kita sudah sangat jarang melakukannya. Buku ini adalah tipe buku dengan cerita yang menghangatkan hati dan buku yang memaksamu untuk terus-terusan membuka halaman selanjutnya. Menyelesaikannya, perasaanku mendadak penuh dan gembira. Sangat menyenangkan! Buku ini cocok dibaca untuk siapa saja. Saking sukanya, aku berniat untuk membacanya ulang dengan buku fisik¡ªkali ini aku baca melalui aplikasi Gramedia Digital¡ªdi lain kesempatan. Setelah ini, aku tak ragu untuk mulai membaca karya-karya lainnya. Kuberikan lima bintang untuk buku yang berkesan ini.
¡°People don't drift apart for one specific reason. Well, you might be able to find a reason, but you could come up with one only after you made up your mind, a tired excuse tacked on after the fact. If their hearts were still in it and their bond was threatening to sever, you'd think one of them would step in and try to fix things. When no one does, you you know the bond has already been broken.¡±
¡°Be a fighter. Give it everything you¡¯ve got. Even a losing battle is worth fighting. Go out and make your mark.¡±