Gabriella's Reviews > To Kill A Mockingbird
To Kill A Mockingbird
by
by

Buku yang sarat dengan pelajaran hidup dan sangat menggugah jiwa. Prasangka bisa membuat hubungan dengan orang-orang sekitar kita memburuk. Bercerita mengenai Atticus Finch, seorang pengacara kulit putih yang membela seorang nigger (orang kulit hitam) Tom Robinson yang dituduh memperkosa seorang gadis kulit putih. Setting ceritanya kalau tidak salah tahun 1950-1960an di mana rasialisme masih mendarah daging di Amerika. Alur cerita di buku ini berasal dari sudut pandang seorang gadis kecil, Scout Finch, putri Atticus. Atticus memperoleh cibiran bahkan makian dari orang-orang yang dikenalnya karena ia dianggap melakukan pekerjaan yang hina dan sia-sia hanya karena ia membela hak seorang nigger. Dia tidak menanggapi cibiran itu melainkan tetap teguh pada sikapnya.
Pada beberapa bagian di buku ini juga diperlihatkan bagaimana seorang anak memberikan pendapatnya kepada orang tua dan ditanggapi serius oleh orangtuanya. Hal ini memperlihatkan bahwa betapa di negara-negara barat, demokrasi telah dijunjung tinggi sejak bertahun-tahun yang lalu. Bagaiman dengan negara Indonesia yang katanya adalah negara demokrasi? Bercerminlah kita pada buku ini!
Setelah selesai membaca buku ini, mengertilah saya bahwa pada akhirnya sebuah prasangka itu bukanlah sesuatu yang baik. Prasangka hanyalah akan membatasi dengan siapa kita bergaul. Prasangka membatasi ruang gerak kita. Seperti judulnya, To Kill A Mockingbird, tidak ada gunanya membunuh mockingbird hanya karena wujudnya yang buruk dan tidak menarik. Mockingbird hanya ingin hidup. Binatang itu bukanlah parasit. Jadi, biarkan saja dia hidup. Sama halnya dengan prasangka buruk terhadap orang kulit hitam. Tidak berarti kalau seseorang berkulit hitam, lantas dia adalah seorang penjahat. Belum tentu. Buku ini berpesan, jangan melihat seseorang atau sesuatu dari wujud luarnya saja. Rupanya pepatah don’t judge a book by its cover ada benarnya juga.
Quote yang bagi saya menarik, terdapat di halaman pertama buku ini yang berbunyi :
“Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya..hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya.�
Buku yang wajib dibaca oleh kita semua.
Pada beberapa bagian di buku ini juga diperlihatkan bagaimana seorang anak memberikan pendapatnya kepada orang tua dan ditanggapi serius oleh orangtuanya. Hal ini memperlihatkan bahwa betapa di negara-negara barat, demokrasi telah dijunjung tinggi sejak bertahun-tahun yang lalu. Bagaiman dengan negara Indonesia yang katanya adalah negara demokrasi? Bercerminlah kita pada buku ini!
Setelah selesai membaca buku ini, mengertilah saya bahwa pada akhirnya sebuah prasangka itu bukanlah sesuatu yang baik. Prasangka hanyalah akan membatasi dengan siapa kita bergaul. Prasangka membatasi ruang gerak kita. Seperti judulnya, To Kill A Mockingbird, tidak ada gunanya membunuh mockingbird hanya karena wujudnya yang buruk dan tidak menarik. Mockingbird hanya ingin hidup. Binatang itu bukanlah parasit. Jadi, biarkan saja dia hidup. Sama halnya dengan prasangka buruk terhadap orang kulit hitam. Tidak berarti kalau seseorang berkulit hitam, lantas dia adalah seorang penjahat. Belum tentu. Buku ini berpesan, jangan melihat seseorang atau sesuatu dari wujud luarnya saja. Rupanya pepatah don’t judge a book by its cover ada benarnya juga.
Quote yang bagi saya menarik, terdapat di halaman pertama buku ini yang berbunyi :
“Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya..hingga kau menyusup ke balik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya.�
Buku yang wajib dibaca oleh kita semua.
Sign into Å·±¦ÓéÀÖ to see if any of your friends have read
To Kill A Mockingbird.
Sign In »
Reading Progress
July 21, 2008
– Shelved
Started Reading
August 1, 2008
–
Finished Reading
October 19, 2013
– Shelved as:
buku-terjemahan
Comments Showing 1-2 of 2 (2 new)
date
newest »

message 1:
by
Nanto
(new)
-
rated it 4 stars
Aug 08, 2008 02:27AM

reply
|
flag